Sabtu, 19 Desember 2009

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN






HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN HUTAN



Pengertian / definisi
Hama adalah binatang yang dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman yang meliputi golongan Mamalia (tupai, babi hutan), Aves (burung), Moluska (bekicot), Arthropoda (Hexapoda dan Arachnida), dan Annelida (Nematoda). Sebagian besar jenis hama tanaman, termasuk yang menyerang tanaman kehutanan adalah dari golongan Hexapoda (serangga).

Penyakit tanaman adalah terjadinya gangguan proses fisiologis dari tanaman (meliputi bagian biji, bunga, buah, daun, pucuk, cabang, batang, dan akar) sebagai akibat terganggunya fungsi atau bentuk jaringan atau organ tanaman oleh penyebab penyakit (Tarr, 1972

Gulma adalah setiap jenis tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki kehadirannya karena sifat yang dimiliki dapat mengganggu tanaman pokok.


Ambang Ekonomi adalah keadaan dimana kepadatan populasi hama/penyakit atau gulma yang ada di suatu tempat sudah sedemikian hebatnya sehingga memerlukan tindakan pengendalian untuk mencegah populasi berikutnya dapat mencapai luka ekonomi.
Luka Ekonomi adalah populasi hama, penyakit atau gulma sudah sedemikian rupa sehingga mampu menimbulkan kerusakan ekonomi. Kerusakan ekonomi sangat bervariasi tergantung kepada kondisi daerah, sifat komoditi/tanaman yang diserang, musim serta nilai pemasarannya.
Setiap jenis hama, penyakit atau gulma harus sudah dapat dikendalikan pada saat populasinya dipandang dapat menimbulkan kerusakan tanaman pada atau di atas ambang ekonomi.



Penyebab Hama

Sebagian besar hama tanaman adalah serangga, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Tubuhnya terdiri dari tiga bagian besar, yaitu:
bagian kepala (caput), terdiri dari 6 ruas (segmen)
bagian leher (thorax), terdiri dari 3 ruas (segmen)
bagian perut /ekor (abdomen), terdiri dari 11 ruas (segmen)
Mempunyai satu pasang antenna di bagian kepala
Mempunyai 3 (tiga) pasang kaki yang tumbuh pada thorax, beberapa serangga tidak berkaki dan beberapa larva mempunyai kaki palsu yang tumbuh pada ruas abdomen.
Mempunyai satu atau dua pasang sayap pada bagian thorax yang tumbuh pada ruas thorax kedua dan ketiga.
Mengalami perubahan bentuk/ukuran (metamorphose).
Di samping serangga, masih terdapat beberapa binatang/organisme yang dapat bersifat sebagai hama antara lain: tungau (Acarina), bekicot (Achatina fulica), hewan ternak dan satwa liar, seperti burung, kalong (Pteropus vampyrus), tikus (Rattus rattus roquei), monyet (Macaca fascicularis), rusa (Cervus timorensis dan C. unicolor), kancil (Traglus javanicus), babi hutan (Sus scrofa), tupai (Callosciurus notatus), kambing hutan (Capricornis sumatrensis), gajah (Elephas maximus) dan lain-lain.
Hama penyakit dan tanaman atau lebih dikenal dengan organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat menjadi salah satu kendala dalam pengelolaan hutan rakyat. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa sering terjadi outbreak hama dan penyakit pada hutan tanaman industri (HTI). Hal ini disebabkan pada HTI seringkali tanamannya monokultur dan ditanam dalam areal yang luas. Ekosistem hutan tanaman kurang stabil dibandingkan hutan alam.

Pada pembangunan hutan rakyat sebaiknya aspek diversitas perlu diperhatikan dan tidak menanam secara monokultur. Menurut Graham dan Knight (1965) semakin besar diversitas tanaman, kemungkinan terjadinya outbreak hama semakin kecil. Jika pada hutan rakyat, ditanam jenis yang monokultur maka kemungkinan besar terjadi ledakan (outbreak) hama dan penyakit.
Di bawah ini adalah deskripsi singkat jenis hama dan penyakit pada tanaman yang sering ditanam pada hutan rakyat yang meliputi tanaman jati, sengon, acasia, dan mahoni yang perlu diketahui oleh pengelola hutan rakyat.

Jati (Tectona grandis)

Hama yang menyerang tanaman jati dapat dilihat pada tabel 1. Ada tiga hama penting yang dikenal pada tanaman jati di Indonesia yaitu Hyblaea puera, Paliga damastesalis dan Neotermes tectonae. H. puera (Lepidoptera, Hyblaeidae), yang dikenal sebagai teak defoliator biasanya memakan daun muda pada awal musim hujan. Defoliasi yang berat dapat menyebabkan menurunnya riap. Penelitian tentang hama ini masih jarang dilakukan di Indonesia. Lab. Perlindungan Hutan (UGM) bekerjasama dengan PUSBANGHUT, Perhutani telah melakukan penelitian untuk mempelajari respons tergadap serangan H. puera. Klon jati dapat diklasifikasikan menjadi klon yang yang rentan, agak tahan dan tahan terhadap H. puera.

P. damastesalis (teak leaf skeletonizer) juga banyak menyerang tanaman jati. Hama ini pernah memakan bagian daun yang lunak (mesofil) dan meninggalkan tulang daun. Hama ini pernah menyebabkan kerusakan daun jati yang besar (outbreak) di daerah Mantingan, Randu Blatung, Cepu dan Blora (1968) dan Kendal (1970) (Husaini, 2001). Penelitian mengenai hama ini masih jarang dilakukan di Indonesia.
Neotermes tectonae (Isoptera, Kalotermitidae) yang lebih dikenal dengan inger-inger merupakan hama paling penting pada tanaman jati. Hama ini menimbulkan kerusakan pada batang jati sehingga dapat mengurangi kualitas kayunya. Hama ini merupakan serangga sosial yang mempunyai kasta reproduktif dan kasta prajurit. Sedangkan kasta pekerjanya dilakukan oleh larva dan nimfa. Pada waktu penerbangan sulung, hama ini masuk pada celah atau luka pada cabang jati, dalam kayu dibuat lorong-lorong yang memanjang sebagai sarangnya. Dari luar serangan inger-inger ini dapat dikenali dengan mudah, bagian batang membengkak. Pohon yang terserang sebaiknya dipotong.
Hama lainnya adalah Xyleutus ceramica, Xelebrous destruens, dan Zeuzera coffeae. Z. diketahui menyerang secara sporadis pada tanaman jati di beberapadaerag penanaman jati.

Pada semai jati juga ditemukan hama acarina (Arachnida). Hama ini mempunyai alat mulut pencucuk penghisap yang dapat menghisap cairan sel daun semai jati sehingga dapat menyebabkan discoloration dan pada serangan yang berat dapat menyebabkan kematian. Hama ini pernah menyerang semai jati di PUSBANGHUT, Cepu pada tahun 2002.
Salah satu pemyakit tanaman yang ditemukan pada tanaman jati adalah jamur upas (pink disease) yang disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor. Selain itu pada persemaian ditemukan penyakit rebah semai yang disebabkan oleh jamur Fusarium sp.

Type of damageScientific nameCommon nameLeaf feedingHyblaea puera (Lepidoptera)Paliga damastisalis (Lepidoptera) Valanga nigricornis (Orthoptera)Teak defoliatorTeak leaf skeletonizerGrasshopperTrunk/steam boringNeotermes tectonae (Isoptera)Xyleutus ceramica (Lepidoptera)Xyleborus destruens (Coleoptera)Zeuzera coffeae (Lepidoptera)Inger-ingerBeehole borerAmbrossia beetleRed borerSumber : Nair dan Sumardi (1999)

Hama dan penyakit tanaman sengon dapat dilihat pada tabel 2a dab tabel 2b. Xystrocera festiva (Coleoptera, Cerambycidae) merupakan hama paling penting pada tanaman sengon. Imago hama ini meletakkan telur pada celah-celah kulit pohon. Setelah menetas larva memakan bagian dalam dari kulit dab setelah larvanya membesar (kira-kira 4 bulan) masuk ke dalam bagian kayu gubal. Serangan berat dapat mengurangi kualitas kayu dan seringkali mematikan tanaman. Serangan dimulai pada umur 2-3 tahun dab semakin meningkat sesuai bertambahnya umur tanaman. Di Jawa Timur perkiraan kerugian berkisar 12 % jika dipanen umur 4 tahun dan menjadi 74 % pada umur 8 tahun (Notoatmodjo,1963 dalam Nair dan Sumardi,1999).
Hama X. festiva dapat dikendalikan dengan cara mengelupas kulit pohon dan menghilangkan bagian yang terserang untuk mengurangi meningkatnya populasi. Penjarangan pohon-pohon yang terserang dapat mengurangi tingkat serangan. Integrated pest control pada hama ini dapat dilakukan dengan cara : (1) inspeksi setiap 3 bulan, (2) penjarangan pada pohon-pohon yang terserang setiap tahun, dan (3) melepas parasitoid Anagyrus sp. Penelitian tentang penggunaan lampu sebagai perangkap (light trap) perlu dilakukan agar pengendalian lebih efektif (Kasno dan Husaini, 1998 dalam Nair dan Sumardi, 1999).
Sengon (Paraserienthes falcataria)

Penafsiran Terhadap Hubungan Antara Hama/ penyakit dan Tanaman
Sebelum dilakukan pengendalian hama dan penyakit, perlu sekali dilakukan penafsiran tentang populasi dan keadaan tanaman yang diserang. Cara ini menentukan sekali akan intensitas kontrol yang akan dilakukan.
Analisis “Ledakan Hama/ Penyakit”
Analisis letusan atau ledakan hama dan penyakit (out break) berguna untuk mencegah terjadinya ulangan peledakan serupa pada waktu mendatang. Dalam hal ini yang dipentingkan adalah mencari hubungan antara besarnya populasi serta adanya ledakan yang terjadi.
Pengendalian atau Kontrol
Pengendalian hama dan penyakit menyangkut beberapa usaha, seperti misalnya pemakaian pestisida atau berbagai usaha lain.
Perlindungan tanaman (crop protection) bertujuan secara langsung mengurangi kerusakan pada tanaman tersebut. Penggunaan bahan kimia dapat mencapai sasarannya untuk mengurangi populasi hama dan penyakit yang memakan dan merusak tanaman. Pengunduran waktu tanam dan panen, penggunaan varietas tahan lama dan penyakit dapat juga mengurangi kerusakan pada tanaman, meskipun tanpa mengurangi populasi hama/penyakit secara langsung.



Penyebab Penyakit yang Umum Menyerang Tanaman Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan di Indonesia, antara lain:
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh :
Jamur
Bakteri
Virus
Nematoda
Penyakit yang tidak menular pada umumnya disebabkan oleh gangguan faktor lingkungan yang tidak sesuai seperti :
Suhu yang terlalu tinggi atau rendah
Kekurangan atau kelebihan air tanah
Kekurangan atau kelebihan cahaya
Pencemaran udara
Defisiensi unsur hara mineral
Keracunan mineral tanah

GEJALA PENYAKIT

Gejala Penyakit Menular
Gejala serangan penyakit pada tanaman pada umumnya secara visual dapat terlihat secara nyata. Secara umum gejala yang tampak dari luar dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok ialah:
Ditunjukkan oleh adanya perubahan warna
Ditunjukkan oleh adanya perubahan bentuk
Ditunjukkan oleh adanya kerusakan jaringan atau busuk
Ditunjukkan oleh adanya gejala layu


Penyakit yang tidak Menular

Suhu yang tinggi, tanaman dapat tumbuh baik pada suhu antara 150C – 300C. Tanaman pada umumnya lebih tahan terhadap suhu yang rendah dari pada suhu yang tinggi. Suhu yang tinggi dapat menyebabkan sistem lazim tertentu menjadi tidak aktif tetapi sebaliknya memacu aktivitas sistem enzim yang lain hingga menyebabkan terjadinya reaksi biokimia yang tidak normal dan terjadinya kematian pada sel. Suhu rendah menimbulkan kerusakan pada tanaman karena terjadinya pembentukan kristal es di dalam sel atau dalam ruangan-ruangan antar sel.
Kekurangan atau kelebihan air, tanaman yang kekurangan air biasanya tumbuh kerdil, daun berwarna pucat, daun jarang dan kecil serta terkulai, buah jarang. Bila kekeringan berlangsung lama maka tanaman akan layu dan mati. Akibat kelebihan air dalam tanah yang terjadi karena terendam atau drainase tanah yang jelek adalah membusuknya akar rambut yang disebabkan karena kekurangan oksigen.
Kekurangan dan kelebihan cahaya, intensitas cahaya yang berlebihan tidak menguntungkan bagi jenis tanaman karena terjadinya rekasi fotokimia yang tidak normal yang menyebabkan tidak aktifnya enzim dan oksidasi klorofil. Kekurangan cahaya akan menghambat pembentukan klorofil dan akan merangsang proses fotomorgenik (batang menjadi panjang dan langsing, daun tidak berkembang dan berwarna kuning).


Pencemaran udara
Udara di atas permukaan bumi terdiri dari nitrogen (78%) dan oksigen (21%). Keduan unsure tersebut sangat berguna bagi pertumbuhan tanaman. Apabila terdapat unsur lain yang masuk ke dalam jaringan tanaman akibat polusi udara maka tanaman akan terganggu pertumbuhan dan perkembangannya. Contoh tanaman Acacia mangium yang tumbuh di sekitar jalan tol jagorawi lebih lambat dibandingkan tanaman sejenis yang tumbuh di Darmaga (IPB), Bogor.
Penyakit sengon yang biasanya muncul adalah damping-off pada persemaian yang disebabkan oleh jamur Phythium, Phythoptora dan Rhizoctonia sp. Selain itu juga penyakit antraknosa dan jamur Collethotricum sp, dan root rot oleh jamur Ganoderma sp dan Ustulina sp (Tabel 2b).

DeseaseCausative agentNotesDamping-offPhythium sp.Phythoptora sp.Rhizoctonia sp.On seedlingAnthracnose diseaseColletothricum spOn seedlingRoot rotGanoderma spUstulina spTreesSumber: Nair dan Sumardi (1999)


Akhir-akhir ini serangan penyakit karat puru (gall rust) yang disebabkan oleh jamur Uromycladium tepperianum pada sengon telah meluas di hampir seluruh daerah di Jawa. Penyakit ini ditandai dengan terjadinya pembengkakan pada ranting dan batang sehingga dapat menganggu pertumbuhan tanaman. Serangan penyakit ini dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi kayu sengon.
Jenis-jenis yang ditanam pada hutan rakyat seperti jati, sengon mempunyai potensi untuk terserang hama dan penyakit. Oleh karena itu aspek perlindungan terutama terhadap hama dan penyakit perlu mendapat perhatian. Usaha preventif, menghindari munculnya serangan hama dan pentakit lebih dianjurkan daripada usaha kuratif, baru mengendalikan tanaman yang setelah terserang hama dan penyakit. Beberapa hal yang dilakukan untuk menghindari outbreak hama dan meluasnya penyakit tanaman pada hutan rakyat adalah sbb:
Komposisi tanaman pada hutan rakyat sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik, tidak kekurangan sinar matahari dan unsur hara. Tanaman yang tumbuhnya kurang baik biasanya rentan terhadap hama dan penyakit.
Penggunaan bibit unggul yang mempunyai pertumbuhan yang baik dan tahan terhadap hama penyakit.
Penanaman tidak dilakukan secara monokultur, tetapi perlu dicari kombinasi jenis yang ideal. Beberapa jenis tanaman dapat bersifat repellen terhadap hama.


Tanaman diperiksa secara rutin dan kalau terdapat tanaman yang terserang hama maupun penyakit segera dilakukan tindakan. Pengelola hutan tanaman harus mampu mengenali hama dan penyakit yang biasa menyerang pada hutan rakyat.
Pengelola hutan tanaman perlu mengenal cara-cara pengendalian hayati seperti penggunaan jamur, bakteri dan virus yang dapat menjadi pathogen serangga hama. Selain itu beberapa tanaman dapat bersifat insektisidal, seperti mamba, mindi, sirsak, srikaya, tembakau dll (Kardiman, 2000). Oleh karena itu ekstrak tanaman tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan hama.
Pestisida kimia digunakan sebagai alternatif terakhir, karena selain harganya mahal juga dapat mencemari lingkungan. Penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati
Penyakit pada biji disebab oleh jamur:
Aspergillus
Rhizopus
Penicillium
Botryodiplodia
Phoma
Trichoderma
Chaetonium
Curvularia
Rhizoctonia
Fusarium

Pengendalian:
Wadah penyimpanan di fumigasi
Perlakuaan benih: pendinginan dan fumigasi
Fisik: biji yang rusak dibakar
Penyakit embun tepung

Pengendalian:
Sanitasi
Kimia (Benlate, Dithane, Daconil dan Bayleton)
Penyakit Jamur Upas

Pengendalian:
Penjarangan ----à supaya sinar matahari masuk
Kimia : Derosal 60 WP
Fisik/mekanis: sanitasi/drainase
Penyakit akar merah

Pengendalian:
Fisik/mekanik: pohon sakit ditebang sampai akar/ tunggak, dibakar
Membuat selokan isolasi sekeliling pohon sakit sedalam 1- 1.5 meter
Kimia: sumiate 12,5 WP, Anvil 50SC, Bayleton 250 EC.
Busuk akar
Pengendalian:
Fisik/mekanik
Biologi: jamur antagonis: Trichoderma, Gliocladium dan bakteri Pseudomonas tectonae
Kimia: Provicur-N, Benlate
Sanitasi dan drainase
Karat puru/karat tumor
Pengendalian:
Fisik mekanik
Campuran belerang dengan kapur (1:3), dioleskan, disemprotkan
Varitas resisten
Jati (Tectona grandis)
Hama-hama pada tanaman jati:

Inger-inger (Neotermes tectonae)
Phassus damor
Bubuk (Xyleborus destruens)
Mohohamus rusticator
Hyblaea puere
Phyrausta mechaeralis
Pengendalian:
Inger-inger, Phassus damor, Monohamus rusticator:
Fisik/mekanis: penjarangan keras
Biologi: jamur entomafagus Metarrhizum anisopliae.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar